Wahai Pemuda, Bukalah Mata Kalian Terhadap Permasalahan Umat..!!!
Oleh: Fariz El-Hazmi
Kondisi Generasi Muda Islam
Saat Ini
Dalam sebuah angket yang disebarkan
kepada mahasiswa di beberapa Universitas Islam di Indonesia, diutarakan pertanyaan
mengenai masalah-masalah besar yang mengusik pikiran para responden di kalangan
pemuda saat ini. Hasil yang didapatkan dari angket tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Rasa galau karena belum memiliki pasangan
(pacar).
2.
Keinginan untuk menikah, tapi keadaan tidak
mendukung.
3.
Kesulitan dalam menyelesaikan kuliahnya.
4.
Bokek, tidak memiliki uang
yang cukup.
5. Cinta yang bertepuk sebelah
tangan. Dan lain-lain.
Kelima masalah tersebut adalah 5 masalah tertinggi
yang sedang di para responden saat ini menurut pandangan mereka. Itulah
serentetan masalah yang ditulis mahasiswa-mahasiswa muslim di Indonesia.
Kenyataan itu telah mewakili keadaan generasi muda Indonesia saat ini dan generasi muda Islam
secara umum. Kenyataan itu pula yang mungkin akan kita temukan di kalangan muda
di seluruh dunia.
Masalah-masalah yang dianggap penting oleh para
generasi muda saat ini sepeerti yang tertera di atas tentu hanya menggambarkan
masalah pribadi mereka. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah kehidupan
pribadi tanpa peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi umat Islam saat
ini. Mereka seakan tidak peduli terhadap masalah penjajahan dan kedholiman yang
terjadi di Negara-negara berpenduduk muslim. Penindasan, penyiksaan dan juga
pembantaian di Negara-negara berpenduduk muslim seperti yang terjadi di
Palestina, Suriah, Myanmar, Kashmir, Cechnya dan masih banyak lagi. Mereka juga
tidak peduli terhadap masalah penyerangan terus-menerus yang dilancarkan
media-media massa (terutama Barat) terhadap Islam. Penghinaan secara
terang-terangan kepada Rasulullah, para shahabat, para ulama, juga para aktivis
muslim. Mereka juga tidak peduli terhadap masalah tidak adanya penerapan
syariat Islam di Negara-negara Islam. Malah, mereka lebih menikmati hukum-hukum
buatan manusia dan menolak Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan masih banyak lagi
permasalahan umat yang tidak dipedulikan oleh generasi muda Islam saat ini.
Apakah
Penyebabnya?
Ketidakpedulian generasi muda terhadap permasalahan
umat seperti yang tertera di atas tentu ada penyebabnya. Disini akan dipaparkan
beberapa sebab tersebut, yaitu:
1.
Hilangnya Tarbiyah Islamiyah.
Ketiadaan tarbiyah Islamiyah inilah yang mengakibatkan pemuda Islam
kini terus tertidur dari harapan yang ada. Juga mengakibatkan jauhnya generasi
muda Islam dari agamanya, dari Al-Qur’an, juga Sunnah-sunnah nabi Shalallahu
‘alaihi wassalam.
Jika kita sejenak menengok kepada generasi terbaik umat Islam yaitu
generasi para shahabat dan para salaf terdahulu, kita akan menemukan bahwa
tarbiyah Islamiyah yang diberikan Rasulullahlah yang mampu membentuk mereka
semua menjadi generasi terbaik. Tarbiyah Islamiyahlah yang mampu mengalirkan
darah berkualitas unggul pada nadi mereka. Sementara saat ini, tarbiyah
Islamiyah telah dikesampingkan dan lebih memilih metode-metode pendidikan yang
lain, metode-metode yang belum teruji mampu membentuk generasi Islam yang
rabbani. Justru, metode-metode tersebut malah memperpuruk keadaan umat Islam.
Metode-metode yang hanya mampu membentuk intelektualitas tanpa spiritualitas.
Sehingga yang ada saat ini hanyalah pemuda-pemuda yang pandai berbicara dan
merangkai kata tanpa disertai landasan dari Al-Qur’an dan As-sunnah dan argumen
yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.
Krisis Keteladanan
Remaja dan pemuda muslim
kini tengah terancam bahaya serius, yaitu minimnya kehadiran sosok teladan yang
layak ditiru. Padahal, pola pendidikan dengan “sistem mencontoh” seribu kali
lebih efektif dari pada “sistem mendengar ataupun membaca”. Perbuatan seorang
dai/ustadz yang dilihat jamaahnya, lebih mengena disbanding seribu judul
ceramah yang dia serukan kepada mereka.
Kadang ada perbuatan
dai/ustadz yang tidak sesuai dengan ceramahnya. Hal ini akan menjadikan jamaah
ragu akan kesungguhan sang dai dalam membina mereka. Padahal Allah juga telah
memperingatkan dalam firmannya:
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian
mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Ash-Shaff [61]:3)
Bagaimana mana bisa seorang
ayah melarang anaknya merokok sementara sang ayah sendiri justru merokok?
Bagaimana bisa seorang ayah mengajari anaknya bermuamalah dengan benar terhadap
sesame sementara sang ayah sendiri terus menerus bertengkar, mencaci orang
lain, dan berkata kasar? Bagaimana mungkin sebuah pemerintahan melarang rakyat
berbuat curang sementara para pejabatnya terus menerus melakukan korupsi? Dan
Bagaimana mungkin pemerintah dan para aparat penegak hukum melarang tindak
kekerasan dan terorisme sementara mereka terbiasa berbuat kasar, keras dan
menteror masyarakat?
Oleh karena itu, kita
harusnya menyadari bahwa keteladanan adalah hal yang sangat urgen bagi para
remaja dan pemuda Islam. Karena keteladananlah yang akan membentuk perilaku
seseorang. Sayangnya, saat ini sebagian generasi muda kita memposisikan sederet
artis sebagai teladan dan idola mereka. Mengidolakan pemain sepak bola, bintang
film, maupun penyanyi mesti seringkali idola mereka banyak bermaksiat bahkan
bukan seorang muslim. Ada juga yang mengidolakan pembesar marxisme, komunis,
Kristen, Yahudi, Atheis, penguasa jahat dan sastrawan sesat sebagai lentera
hidup yang terus mereka idamkan. Dan sedikit sekali dari mereka yang
mengidolakan Rasulullah meski Allah telah menjelaskannya dengan gamblang:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu.” (Al-Ahzab[33]:21)
3. Media Informasi
Media informasi memegang peran yang amat strategis. Jika saja metode
pendidikan adalah salah satu sayap dalam membentuk pola pikir manusia, maka
media informasi adalah sayap kedua.
Sayangnya, di zaman ini banyak sekali media yang berusaha menjauhkan
kaum muslimin dari agamanya. Mereka bekerja untuk memasyarakatkan liberalisme,
menghancurkan sendi-sendi akhlak masyarakat, menyajikan hiburan-hiburan yang
melalaikan kita dari agama, bahkan beberapa dari mereka tanpa tedeng
aling-aling dengan terang-terangan memojokkan umat Islam, menghujat dan
menglecehkan beberapa syari’at Islam dan masih banyak lagi maker yang dilakukan
beberapa media untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama.
Berkaitan dengan pemuda, tentu hal ini sangat berpengaruh pada pola
pikir mereka. Di saat proses pencarian jatidiri dengan kemampuan berpikir yang
masih sangat labil, sangat mungkin bagi mereka terpengaruh oleh virus-virus
media yang terus menerus dihembuskan setiap harinya.
Apa
Solusinya?
Jika ditanya apa solusi yang tepat, tentu kita akan
menjawab kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tapi disini akan dituliskan
beberapa nasihat yang akan menjadi langkah riil kita untuk kembali kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
1.
Jauhilah Kemaksiatan!
Mungkin hal yang paling mengancam generasi muda muslim juga kaum
muslimin pada umumnya adalah tenggelam dalam lembah maksiat. Karena ketika kita
jatuh dalam lembah maksiat, hal itu akan menjadi hati kita sakit, bahkan mati.
Bagi seorang muslim, kemaksiatan jauh lebih bahaya daripada binatang buas.
Kemaksiatan dapat dengan mudah meresap ke pori-pori hati hingga menjadikannya
tak mampu menangkap kebajikan dari luar. Dinasihati tak didengar, diperingati
tak dihiraukan, hingga dibacakan Al-Qur’an dia tetap tak tersentuh. Melihat
peristiwa menyentuhpun, dia akan pura-pura tidak tahu-menahu. Itulah indikasi
terinfeksinya virus maksiat pada diri seseorang.
Ketahuilah, bahwa menjauhkan diri dari maksiat adalah lebih utama
disbanding mengerjakan kebajikan. Seorang yang meninggalkan maksiat meski tidak
membaca Al-Qur’an lebih baik daripada dia membaca Al-Qur’an tapi masih
bermaksiat. Meskipun yang terbaik tetaplah seorang yang meninggalkan maksiat
juga tetap membaca Al-Qur’an. Seperti sabda Nabi Shalallahu’alaihi wa salam dari Abu Hurairah, “Apa yang kami
larang maka jauhilah. Dan apa yang diperintahkan kepadamu, kerjakanlah semampumu.”
2. Pelajarilah Agamamu!
Bagaimana kita bisa mengikat diri dengan agama yang kita tidak tahu?
Bagaimana bisa kita memegang sunnah, manhaj, atau way of life sedangkan
kita tidak tahu menahu tentangnya?
Dalam proses kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, kita tentunya
harus memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka, mulailah menjelajahi samudra ilmu
ini dengan memahami dasar-dasar agama Islam! Lalu dilanjutkan dengan
mempelajari cabang-cabang yang lain. Karena mempelajari agama ini merupakan
kewajiban bagi setiap muslim sebagaimana sabda Nabi Shalallahu’alaihi wa salam, “Menuntut ilmu itu kewajiban bagi
setiap muslim”.
3. Rindulah Dengan Masjid!
Masjid merupakan bagian terpenting dalam membentuk pribadi yang ideal. Shalat
jamaah tidaklah sekadar untuk memperbanyak jumlah pahala, tetapi juga alat
untuk mengukur kadar keimanan kita kepada Allah sebagaimana firmannya,
“Hanyalah orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid
Allah, orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” (At-Taubah[9]: 18)
4. Pilihlah sahabatmu!
Betapa banyak kisah perjalanan iman yang telah ditempuh seseorang,
namun dapat dengan mudah dikembalikan ketitik pertama dalam langkahnya, bahkan
kembali lagi ke jalan hitam ketika bertemu dengan teman dan lingkungan yang
buruk. Juga betapa banyak orang yang telah menempuh perjalanan kemaksiatan,
namun mampu bertaubat dan kembali ke jalan yang benar ketika bertemu dengan
teman dan lingkungan yang baik. Jangan katakan, “aku mampu menjaga diri, dan
takkan terpengaruh dari dunia luar.” Karena akhlak, agama, dan kepribadian
seseorang akan menyesuaikan lingkungan dimana ia berada sebagaimana sabda Nabi
Shalallahu’alaihi wa salam, “Seorang
manusia di atas agama temannya, maka lihatlah dengan siapa dia berteman.”
5. Pekalah Terhadap Zamanmu!
Terkadang remaja yang memegang teguh agamanya terlalu sibuk dengan
urusan ilmu, baik ilmu syar’I maupun umum. Hingga terkadang mereka merasa hidup
pada sebuah “pulau damai” tanpa ombak dan badai. Merasa bahwa yang terpenting
adalah terus menuntut ilmu.
Adalah hal yang mustahil ketika seorang yang begitu tertutup mampu
merubah kondisi masyarakat. Buka dan pelajari lembaran fakta kehidupan yang
tengah terjadi! Tidak hanya kehidupan sekolah dan kampus, bukan juga hanya
kehidupan masyarakat di negara kita, melainkan lebih luas dari itu semua. Yaitu
kehidupan umat Islam bahkan umat manusia sedunia.
Adalah hal yang lucu ketika seseorang bercita-cita menjadi reformer di
masyarakatnya, di negaranya, ataupun di dunia tetapi tidak mengikuti
perkembangan masyarakatnya, lingkungannya, dan dunia. Atau bahkan malah
menyepelekan lingkungan yang mengitari masyarakatnya. Maka sudah seharusnya
bagi kita untuk lebih peka terhadap lingkungan disekitar kita, sehingga kita
bisa menjadi pribadi yang berkualitas, yang akan selalu menjadi topangan hidup
umat.
0 komentar:
Posting Komentar