Minggu, 23 Juni 2013

Wahai Pemuda...

Wahai Pemuda, Bukalah Mata Kalian Terhadap Permasalahan Umat..!!!

Oleh: Fariz El-Hazmi


Kondisi Generasi Muda Islam Saat Ini
Dalam sebuah angket yang disebarkan kepada mahasiswa di beberapa Universitas Islam di Indonesia, diutarakan pertanyaan mengenai masalah-masalah besar yang mengusik pikiran para responden di kalangan pemuda saat ini. Hasil yang didapatkan dari angket tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Rasa galau karena belum memiliki pasangan (pacar).
2.      Keinginan untuk menikah, tapi keadaan tidak mendukung.
3.      Kesulitan dalam menyelesaikan kuliahnya.
4.      Bokek, tidak memiliki uang yang cukup.
5.      Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Dan lain-lain.
Kelima masalah tersebut adalah 5 masalah tertinggi yang sedang di para responden saat ini menurut pandangan mereka. Itulah serentetan masalah yang ditulis mahasiswa-mahasiswa muslim di Indonesia. Kenyataan itu telah mewakili keadaan generasi muda  Indonesia saat ini dan generasi muda Islam secara umum. Kenyataan itu pula yang mungkin akan kita temukan di kalangan muda di seluruh dunia.
Masalah-masalah yang dianggap penting oleh para generasi muda saat ini sepeerti yang tertera di atas tentu hanya menggambarkan masalah pribadi mereka. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah kehidupan pribadi tanpa peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi umat Islam saat ini. Mereka seakan tidak peduli terhadap masalah penjajahan dan kedholiman yang terjadi di Negara-negara berpenduduk muslim. Penindasan, penyiksaan dan juga pembantaian di Negara-negara berpenduduk muslim seperti yang terjadi di Palestina, Suriah, Myanmar, Kashmir, Cechnya dan masih banyak lagi. Mereka juga tidak peduli terhadap masalah penyerangan terus-menerus yang dilancarkan media-media massa (terutama Barat) terhadap Islam. Penghinaan secara terang-terangan kepada Rasulullah, para shahabat, para ulama, juga para aktivis muslim. Mereka juga tidak peduli terhadap masalah tidak adanya penerapan syariat Islam di Negara-negara Islam. Malah, mereka lebih menikmati hukum-hukum buatan manusia dan menolak Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan masih banyak lagi permasalahan umat yang tidak dipedulikan oleh generasi muda Islam saat ini.

Apakah Penyebabnya?
Ketidakpedulian generasi muda terhadap permasalahan umat seperti yang tertera di atas tentu ada penyebabnya. Disini akan dipaparkan beberapa sebab tersebut, yaitu:
1.      Hilangnya Tarbiyah Islamiyah.
Ketiadaan tarbiyah Islamiyah inilah yang mengakibatkan pemuda Islam kini terus tertidur dari harapan yang ada. Juga mengakibatkan jauhnya generasi muda Islam dari agamanya, dari Al-Qur’an, juga Sunnah-sunnah nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Jika kita sejenak menengok kepada generasi terbaik umat Islam yaitu generasi para shahabat dan para salaf terdahulu, kita akan menemukan bahwa tarbiyah Islamiyah yang diberikan Rasulullahlah yang mampu membentuk mereka semua menjadi generasi terbaik. Tarbiyah Islamiyahlah yang mampu mengalirkan darah berkualitas unggul pada nadi mereka. Sementara saat ini, tarbiyah Islamiyah telah dikesampingkan dan lebih memilih metode-metode pendidikan yang lain, metode-metode yang belum teruji mampu membentuk generasi Islam yang rabbani. Justru, metode-metode tersebut malah memperpuruk keadaan umat Islam. Metode-metode yang hanya mampu membentuk intelektualitas tanpa spiritualitas. Sehingga yang ada saat ini hanyalah pemuda-pemuda yang pandai berbicara dan merangkai kata tanpa disertai landasan dari Al-Qur’an dan As-sunnah dan argumen yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.      Krisis Keteladanan
Remaja dan pemuda muslim kini tengah terancam bahaya serius, yaitu minimnya kehadiran sosok teladan yang layak ditiru. Padahal, pola pendidikan dengan “sistem mencontoh” seribu kali lebih efektif dari pada “sistem mendengar ataupun membaca”. Perbuatan seorang dai/ustadz yang dilihat jamaahnya, lebih mengena disbanding seribu judul ceramah yang dia serukan kepada mereka.
Kadang ada perbuatan dai/ustadz yang tidak sesuai dengan ceramahnya. Hal ini akan menjadikan jamaah ragu akan kesungguhan sang dai dalam membina mereka. Padahal Allah juga telah memperingatkan dalam firmannya:
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Ash-Shaff [61]:3) 
Bagaimana mana bisa seorang ayah melarang anaknya merokok sementara sang ayah sendiri justru merokok? Bagaimana bisa seorang ayah mengajari anaknya bermuamalah dengan benar terhadap sesame sementara sang ayah sendiri terus menerus bertengkar, mencaci orang lain, dan berkata kasar? Bagaimana mungkin sebuah pemerintahan melarang rakyat berbuat curang sementara para pejabatnya terus menerus melakukan korupsi? Dan Bagaimana mungkin pemerintah dan para aparat penegak hukum melarang tindak kekerasan dan terorisme sementara mereka terbiasa berbuat kasar, keras dan menteror masyarakat?
Oleh karena itu, kita harusnya menyadari bahwa keteladanan adalah hal yang sangat urgen bagi para remaja dan pemuda Islam. Karena keteladananlah yang akan membentuk perilaku seseorang. Sayangnya, saat ini sebagian generasi muda kita memposisikan sederet artis sebagai teladan dan idola mereka. Mengidolakan pemain sepak bola, bintang film, maupun penyanyi mesti seringkali idola mereka banyak bermaksiat bahkan bukan seorang muslim. Ada juga yang mengidolakan pembesar marxisme, komunis, Kristen, Yahudi, Atheis, penguasa jahat dan sastrawan sesat sebagai lentera hidup yang terus mereka idamkan. Dan sedikit sekali dari mereka yang mengidolakan Rasulullah meski Allah telah menjelaskannya dengan gamblang:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.” (Al-Ahzab[33]:21)
3.      Media Informasi
Media informasi memegang peran yang amat strategis. Jika saja metode pendidikan adalah salah satu sayap dalam membentuk pola pikir manusia, maka media informasi adalah sayap kedua.
Sayangnya, di zaman ini banyak sekali media yang berusaha menjauhkan kaum muslimin dari agamanya. Mereka bekerja untuk memasyarakatkan liberalisme, menghancurkan sendi-sendi akhlak masyarakat, menyajikan hiburan-hiburan yang melalaikan kita dari agama, bahkan beberapa dari mereka tanpa tedeng aling-aling dengan terang-terangan memojokkan umat Islam, menghujat dan menglecehkan beberapa syari’at Islam dan masih banyak lagi maker yang dilakukan beberapa media untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama.
Berkaitan dengan pemuda, tentu hal ini sangat berpengaruh pada pola pikir mereka. Di saat proses pencarian jatidiri dengan kemampuan berpikir yang masih sangat labil, sangat mungkin bagi mereka terpengaruh oleh virus-virus media yang terus menerus dihembuskan setiap harinya.

Apa Solusinya?
Jika ditanya apa solusi yang tepat, tentu kita akan menjawab kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tapi disini akan dituliskan beberapa nasihat yang akan menjadi langkah riil kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
1.      Jauhilah Kemaksiatan!
Mungkin hal yang paling mengancam generasi muda muslim juga kaum muslimin pada umumnya adalah tenggelam dalam lembah maksiat. Karena ketika kita jatuh dalam lembah maksiat, hal itu akan menjadi hati kita sakit, bahkan mati. Bagi seorang muslim, kemaksiatan jauh lebih bahaya daripada binatang buas. Kemaksiatan dapat dengan mudah meresap ke pori-pori hati hingga menjadikannya tak mampu menangkap kebajikan dari luar. Dinasihati tak didengar, diperingati tak dihiraukan, hingga dibacakan Al-Qur’an dia tetap tak tersentuh. Melihat peristiwa menyentuhpun, dia akan pura-pura tidak tahu-menahu. Itulah indikasi terinfeksinya virus maksiat pada diri seseorang.
Ketahuilah, bahwa menjauhkan diri dari maksiat adalah lebih utama disbanding mengerjakan kebajikan. Seorang yang meninggalkan maksiat meski tidak membaca Al-Qur’an lebih baik daripada dia membaca Al-Qur’an tapi masih bermaksiat. Meskipun yang terbaik tetaplah seorang yang meninggalkan maksiat juga tetap membaca Al-Qur’an. Seperti sabda Nabi Shalallahu’alaihi wa  salam dari Abu Hurairah, “Apa yang kami larang maka jauhilah. Dan apa yang diperintahkan kepadamu, kerjakanlah semampumu.”
2.      Pelajarilah Agamamu!
Bagaimana kita bisa mengikat diri dengan agama yang kita tidak tahu? Bagaimana bisa kita memegang sunnah, manhaj, atau way of life sedangkan kita tidak tahu menahu tentangnya?
Dalam proses kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, kita tentunya harus memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka, mulailah menjelajahi samudra ilmu ini dengan memahami dasar-dasar agama Islam! Lalu dilanjutkan dengan mempelajari cabang-cabang yang lain. Karena mempelajari agama ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim sebagaimana sabda Nabi Shalallahu’alaihi wa  salam, “Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim”.
3.      Rindulah Dengan Masjid!
Masjid merupakan bagian terpenting dalam membentuk pribadi yang ideal. Shalat jamaah tidaklah sekadar untuk memperbanyak jumlah pahala, tetapi juga alat untuk mengukur kadar keimanan kita kepada Allah sebagaimana firmannya,
“Hanyalah orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah, orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” (At-Taubah[9]: 18) 
4.      Pilihlah sahabatmu!
Betapa banyak kisah perjalanan iman yang telah ditempuh seseorang, namun dapat dengan mudah dikembalikan ketitik pertama dalam langkahnya, bahkan kembali lagi ke jalan hitam ketika bertemu dengan teman dan lingkungan yang buruk. Juga betapa banyak orang yang telah menempuh perjalanan kemaksiatan, namun mampu bertaubat dan kembali ke jalan yang benar ketika bertemu dengan teman dan lingkungan yang baik. Jangan katakan, “aku mampu menjaga diri, dan takkan terpengaruh dari dunia luar.” Karena akhlak, agama, dan kepribadian seseorang akan menyesuaikan lingkungan dimana ia berada sebagaimana sabda Nabi Shalallahu’alaihi wa  salam, “Seorang manusia di atas agama temannya, maka lihatlah dengan siapa dia berteman.”           
5.      Pekalah Terhadap Zamanmu!
Terkadang remaja yang memegang teguh agamanya terlalu sibuk dengan urusan ilmu, baik ilmu syar’I maupun umum. Hingga terkadang mereka merasa hidup pada sebuah “pulau damai” tanpa ombak dan badai. Merasa bahwa yang terpenting adalah terus menuntut ilmu.
Adalah hal yang mustahil ketika seorang yang begitu tertutup mampu merubah kondisi masyarakat. Buka dan pelajari lembaran fakta kehidupan yang tengah terjadi! Tidak hanya kehidupan sekolah dan kampus, bukan juga hanya kehidupan masyarakat di negara kita, melainkan lebih luas dari itu semua. Yaitu kehidupan umat Islam bahkan umat manusia sedunia.
Adalah hal yang lucu ketika seseorang bercita-cita menjadi reformer di masyarakatnya, di negaranya, ataupun di dunia tetapi tidak mengikuti perkembangan masyarakatnya, lingkungannya, dan dunia. Atau bahkan malah menyepelekan lingkungan yang mengitari masyarakatnya. Maka sudah seharusnya bagi kita untuk lebih peka terhadap lingkungan disekitar kita, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang berkualitas, yang akan selalu menjadi topangan hidup umat.




0 komentar:

Posting Komentar